Di Bener Meriah, AWPF Bersama Perempuan Akar Rumput peringati IWD

Bener Meriah – Aceh Women’s for Peace Foundation, (AWPF) Bersama kelompok perempuan akar rumput di kabupaten Bener Meriah adakan peringatan  internasional Women’s Day dan peluncuran konsep mekanisme perlindungan terhadap perempuan yang bertempat di Aula Rembele Homestay kecamatan Bukit daerah setempat.

Acara yang dihadiri 70 peserta keterwakilan dari berbagai pihak sekabupaten bener meriah ini di buka langsung oleh Pj Sekretaris Daerah setempat bapak khairmansyah.

Dalam arahan pembukaan acara, sekda mengapresiasi kerjaan Aceh Women’s for Peace Foundation yang saat ini sudah mencapai tahun ke tujuh di kabupaten penghasil kopi ini.

“Atas nama pemerintah daerah kabupaten Bener Meriah, kami sangat mengapresiasi kerja-kerja nyata AWPF di Kabupaten kami ini, kedepannya kita siap mensupport dan melakukan koordinasi atas berbagai macam persoalan yang menimpa perempuan. Perlu diketahui persoalan yang terjadi saat ini bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi tanggung jawab kita semua, dalam hal ini AWPF telah membantu pemerintah menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, Ujarnya

Maka oleh sebab itu, Kami selain mengapresiasi juga mengucapkan terimakasih kepada AWPF dan harapan kami agar terus berada di Kabupaten Bener Meriah melakukan pendekatan yang kiranya ada banyak manfaat yang diterima oleh masyarakat secara luas, Tambahnya

Kendati demikian, dalam sambutan Direktur Aceh Women’s for Peace Foundation Irma Sari, S.HI menyebutkan bahwasanya tim AWPF sudah berada di Bener Meriah selama kurun waktu tujuh tahun guna melakukan penguatan kelompok perempuan akar rumput dalam upaya pemenuhan hak-hak perempuan, baik yang menjadi korban maupun pendamping korban dimana kasus kekerasan terhadap perempuan terus meningkat.

Kita hadir membawa visi perdamaian, menolak segala bentuk kekerasan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan.

“AWPF saat ini meminta dukungan dari multipihak agar apa yang sedang kita kerjakan bersama bisa membawa manfaat bagi Masyarakat khususnya Perempuan. Kita juga terus mendorong perempuan berani menyuarakan hak-hak nya, Demikian Irma Sari.

Acara ini juga dimeriahkan dengan pelepasan balon udara dalam momentum perayaan Internasional Women’s Day tahun 2024. (*)


Temui Pihak Pemda Bener Meriah dan Majelis Adat, AWPF Bahas Sejumlah Issue Serius

Bener Meriah – Aceh Womens for Peace Foundation gelar pertemuan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Majelis Adat Gayo. pertemuan itu berlangsung di dua tempat kabupaten setempat.

dalam discusi dengan dinas Pemberdayaan Perempuan, keduanya bersepakat untuk kedepannya bervolaborasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan AWPF di kabupaten penghasil kpi tersebut.

Jaswin selaku kepala dinas mengapresiasi AWPF telah mau duduk berdiskusi dan memaparkan berbagai macam program yang telah dilakuan selama kurun waktu tujuh tahun bersama kelompok perempuan akar rumput.

“kami sangat mengapresiasi dan berterimakasih kepada pihak AWPF yang telah memilih Wilayah kabupaten Bener Meriah untuk melakukan pendampingan, besar harapan kami ini terus dibina dan jika ada yang bisa kolaborasi kedepan, atas nama pemerintah Bener Meriah siap mendukung dan membantu AWPF untuk lebih maju bersama kaum ibu-ibu disini, Jelasnya.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh ketua majelis adat gayo (MAG) terkait penanganan kasus yang menimpa perempuan di daerah setempat.

Dirinya menyebutkan bahwa di tanoh gayo khususnya bener meriah jikalau ada kasus yang dilaporkan melalui MAG, kita selalu mengedepankan musyawarah dan mengajak untuk kembali rukun dalam membina rumah tangga dan menjalani aktivitas sehari-hari.

AWPF Gelar Diskusi dengan Majelis Adat Gayo di kecamatan Bukit kabupaten Bener Meriah. (*)

kemudian pihak MAG juga mengajak semua akan ikut terlibat jika ada kasus yang menimpa warga Bener Meriah. kita akan panggil petuwe dan reje kampung serta walinasab untu menyelesaikan perkara bersama kami di MAG, insya Allah banyak yang dapat dimediasi selama tidak melakukan kekerasan yang menimbulkan ancaman pidana. (*)


AWPF Teken MoA dengan Program Studi KPI UIN Ar-Raniry

www.awpf.or.id | Banda Aceh – Telah dilakukan penandatanganan Memorandom of Agreement (MoA) atau perjanjian kerja sama antara Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh dengan Yayasan Perempuan untuk Perdamaian atau Aceh Womens for Peace Foundation (AWPF) di Aula Gedung Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Banda Aceh, Minggu (10/12/2023).

Penandatanganan naskah ini dilakukan langsung oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prof Dr Kusumawati Hatta, MPd dan ketua AWPF, Irmasari disaksikan Ketua Prodi KPI UIN Ar-Raniry, Syahril Furqany.

Kaprodi KPI UIN Ar-Raniry, Syahril Furqany, mengatakan bahwa dengan adanya kerja sama dan penandatangan MoA tersebut, Prodi KPI bisa menambah relasi dalam implementasi kegiatan. Dengan adanya kolaborasi dengan berbagai pihak, Prodi KPI bisa menyasar lebih banyak kebermanfaatan, baik itu kepada dosen, mahasiswa dan masyarakat.

“kegiatan yang dilakukan seperti hari ini memiliki kebermanfaatan yang dapat dirasakan langsung oleh mahasiswa. Misalnya literasi digital yang didukung oleh Mafindo dan Tular Nalar. Kedepan kita akan melaksanakan kegiatan literasi digital kepada lansia, agar terhindar dari hoaks,” kata Syahril

Jalinan kerja sama lanjut Syahril, dilakukan untuk mengajak masyarakat memberantas hoaks, lebih bijaksana dalam penggunaan media sosial, kemudian melakukan kampanye serta pendidikan kepada pemilih pemula sebagai upaya membangun kesadaran publik.

Sementara itu, ketua AWPF, Irmasari menjelaskan, awalnya AWPF hanya ingin melaksanakan pelatihan sekolah kebangsaan Tular Nalar dan ingin bekerja sama dengan Prodi KPI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Namun, ketua Prodi KPI UIN Ar-Raniry, Syahril Furqany, Menyarankan kepada ketua AWPF untuk membuat perjanjian MoA.

“Jadi, beliau mengatakan bahwa AWPF bukan hanya menyelenggarakan kegiatan ini saja, kalau bisa berkesinambungan. Bukan hanya sebatas kegiatan Sekolah Kebangsaan ini saja, namun ada kegiatan-kegiatan yang lain, yang diikat dalam kerja sama, untuk tahap ini jangka waktunya lima tahun,” jelas Irmasari.

Irmasari juga menambahkan, setelah penandatanganan MoA ini, AWPF akan terus membangun kerja sama dengan Prodi KPI UIN Ar-Raniry dengan beberapa Progress dan rencana yang akan dibangun kedepan.

“Ini adalah kegiatan bersama pertama kita antara AWPF dan Prodi KPI UIN Ar-Raniry. Untuk rencana kedepannya akan dibicarakan lebih lanjut, seperti dapat mengisi kelas di Prodi KPI, selanjutnya juga dilakukan literasi digital kepada lansia,” pungkas Irmasari. (*)


AWPF Gandeng Prodi KPI UIN Ar-Raniry Laksanakan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0

www.Awpf.or.id | Banda Aceh – Aceh Women’s for Peace Foundation Bekerjasama dengan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh gelar ” Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0″ yang bertempat di Aula BKKBN Aceh pada Minggu 10 Desember 2023.

Kegiatan ini berlangsung sehari penuh dibagi dalam dua sesi. Seratusan mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar sangat antusias untuk mengikuti acara ini hingga selesai.

Hadir juga dalam acara Program sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0″ ada 10 fasilitator Terbaik yang sudah mengikuti ToT sebelum acara ini berlangsung. Tujuannya adalah hari ini kesepuluh fasilitator tersebut memberikan pemahaman seputar informasi terkait pemilu, Demokrasi, Penginderaan Hoaks dan Waspada Sanksi.

Terpantau media, seratusan lebih mahasiswa atau GenZ mendapatkan pengalaman terbaru terkait hal yang sedang ngetren saat ini, apalagi jelang tahun politik inti minim sekali pendidikan yang sosialisasikan kepada generasi muda khususnya pemilih pemula, nah dengan adanya sekolah Kebangsaan ini mereka sadar bahwa mereka sekarang sangat penting mempelajari dan memahami ilmu terkait pemilu dan waspada hoaks yang sudah sangat merajalela di Aceh saat ini.

Dalam Sambutan Direktur AWPF Aceh, Irma Sari, SHI mengajak semuanya untuk lebih belajar ilmu terkait perkembangan digitalisasi saat ini. Proses yang kita hadapi belajar hari ini tentunya sangat berguna untuk masa yang akan datang. Tentunya kita mengajak semua mahasiswa atau GenZ untuk berperan aktif memberantas hoaks dan belajar literasi digital untuk kita menghadapi tantangan global saat ini.

Program Sekolah Tular Nalar ini adalah program yang di inisiasi oleh Mafindo untuk seluruh Indonesia. Aceh saat ini sudah kali ke 7 melaksanakan kegiatan ini. Tentunya ini adalah suatu upaya kita guna untuk melindungi generasi kita agar tidak terpapar hoaks dan memahami konsep demokrasi yang sudah di ambang pintu 2024 mendatang.

Kita berharap kerjasama ini terus berlanjut dan kedepannya kita bersama FDK khususnya Prodi KPI siap bersinergi serta berkolaborasi dalam berbagai kegiatan pengabdian, pendidikan dan penelitian.

Sementara itu, Ka.Prodi KPI UIN Ar-Raniry Syahril, M.I.Kom mengapresiasi acara hari ini. Dirinya mengatakan bahwa ini sangat cocok dengan prodi KPI, dimana kita juga punya tugas selain komunikasi dan penyiaran Islam kita juga dituntut untuk belajar tentang komunikasi politik. Apalagi kita melihat 2024 ini adalah pemilih pemula atau anak muda mencapai angkat tertinggi dibandingkan yg lainnya.

Artinya hari ini anak muda harus betul-betul terlibat aktif dalam proses pembelajaran terkait seputar pemilu, demokrasi, Pengindraan hoaks dan waspada sanksi. Pada intinya atas nama Prodi KPI berterimakasih kepada AWPF yang sudah mengajak untuk kerjasama dan kedepannya kita juga akan bersama-sama dalam beberapa kegiatan yang kiranya di anggap cocok dan konsen terhadap ilmu yang kita terapkan dikampus.

Acara ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Kusmawati Hatta, M.Ag. dalam arahan pembukaan ia menyebutkan bahwa saat ini hoaks sudah tidak pandang bulu lagi. Semua sudah terpapar termasuk lingkungan kampus sendiri. Kami pikir kita memang sudah saatnya membuat gerakan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar ini demi putusnya mata rantai hoaks jelang pesta demokrasi tahun 2024 mendatang.

Kita harus menjadi komando yang menularkan hal yang baik dengan cara nalar yang baik pula. Melalui sekolah Kebangsaan Tular Nalar hari ini mudah-mudahan bisa membawa generasi emas ini ke suatu hal baharu yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. (*)


AWPF Gelar Temu Sama Puluhan Ibu-Ibu Mukim Siem Aceh Besar Peringati 16 HAKTP

www.awpf.or.id | Aceh Besar – Aceh women’s for Peace Foundation mengadakan pertemuan dengan puluhan ibu-ibu di Mukim Siem Aceh Besar dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

momentum peringatan 16 HAKTP ini setiap tahunnya diperingati seluruh dunia dan kali ini AWPF mengadakan tiga titik fokus untuk kegiatan dalam bentuk sosialisasi, diskusi dan sharing season.

dalam suasana temu yang digelar dengan para kaum ibu-ibu di Mukiem Siem Aceh Besar, Irma Sari menjelaskan 4 poin tentang kekerasan yang sering terjadi dalam rumah tangga. hal ini kadang kita menganggap tabu dan kurang memahami kita sudah mengalami kekerasan, Jelasnya.

“Salah satu masalah dalam rumah tangga yang cukup parah yaitu apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Ada 4 jenis kekerasan dalam rumah tangga yang perlu diketahui, yaitu kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikis, kekerasan seksual, dan terakhir adalah penelantaran rumah tangga.”

kemudian, Siapa saja pelaku kekerasan dalam rumah tangga?

Sebenarnya, pelaku kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya seseorang yang terikat dalam ikatan perkawinan tetapi juga bisa dilakukan oleh anak, mertua, menantu, ipar maupun orang yang bekerja dalam rumah tangga atau seseorang yang menetap tinggal bersama.

Masih Irma, dirinya juga mengajak ibu-ibu untuk tetap memberikan perlindungan pada diri sendiri, kita tidak boleh tinggal diam jika kekerasan menimpa, dan jikalau sudah terjadi kekerasan fisik kita dianjurkan untuk melaporkan kepada pihak berwajib.

Suasana diskusi jadi menarik, ketika pernyataan Irma Sari disahuti oleh Buk Nurlina yang juga seorang perempuan komunitas yang dibina oleh AWPF. Ia membenarkan pernyataan yang menyebutkan kita harus berani berbicara saat kekerasan sudah menimpa kita, disisi lain kita sering menganggap kejadian ini adalah sebuah aib, tapi jikalau terusan dibiarkan ini akan menjadi bumerang dalam rumah tangga.

Lalu pernyataannya, kenapa demikian? karena sumber kedamaian dalam rumah tangga itu bagaimana seorang pasangan bisa membahagiakan pasangannya dengan penuh kasih sayang. tapi, saat kekerasan sudah menimpa itu tandanya hubungan sudah mulai retak.

Maka, kita selaku makhluk yang diciptakan Allah untuk berani melawan kezaliman dan berdiri atas kebenaran walau itu pahit sekalipun kita rasakan, Jelas Buk Marlina.

Untuk di ketahui, Acara ini di ikuti para kaum ibu-ibu yang berdomisili di Mukim Siem, Lamreh dan Sekitarnya. turut juga hadir dalam pertemuan tersebut Imeum Mukim, Sekretaris Mukim, Geuchik Gampong Lamklat dan tokoh adat lainnya. (*)


Dalam Rangka Kampanye 16HAKTP, Tim AWPF Gelar Temu dengan Kelompok Perempuan di Bener Meriah

Peringatan 16 HAKTP 2023 yang di inisaiasi oleh AWPF Pertama kita lakukan di Bener Meriah. selain itu AWPF juga akan melakukan pertemuan dengan anak muda di Ateuk Pahlawan Banda Aceh dan Dengan kaum ibu-ibu yang ada di Mukiem SIEM Aceh Besar.

Untuk di Bener Meriah kita mengusung tema “Perempuan tangguh berkualitas dan bertaqwa” kampanye 16 HAKTP kali ini kita adakan di ruang pengajian rutin di Pesantren Bustanul Arifin tepatnya turut hadir Ummy Syarkawi dan beberapa ustadzah dan ustad pondok.

 

Acara ini juga turut menghadirkan Abuya Syarkawi (mantan Bupati Bener Meriah)  sebagai pemateri, bersama (AWPF Aceh, Muslimat NU dan Fatayat NU PC.Bener Meriah)
Diskusi ini kita harapkan ada manfaat yang dirasakan oleh kaum perempuan terutama dan masyarakat Bener Meriah pada umumnya.  Peringatan 16 HAKTP ini tidak hanya diperingati di Bener Meriah saja tapi diseluruh Indonesia bahkan dunia secara umum. (*)

AWPF Bersama Tokoh Bener Meriah Rampungkan Draft Konsep Perlindungan Perempuan

AWPF Hadir di Tengah-Tengah Bapak² dan Ibu² Bener Meriah dalam rangka menyusun draf Konsep Perlindungan Perempuan Tingkat Gampong (Desa).

 

Mudah-Mudahan Pertemuan ini membuahkan hasil yang maksimal. Pasalnya yang hadir dalam forum ini juga keterwakilan dari Reje (Kepala Kampung), Tuha Peut (Petuwe), P2TP2A, Pihak Kecamatan dan Unsur lainnya.

 

Kiranya melalui Diskusi dan masukan bisa mendapatkan finalisasi yang mantap dan lahirnya sebuah regulasi tingkat desa yang baik dan melindungi perempuan secara umum.

 

Bener Meriah, Aceh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


AWPF Diskusi dengan Kelompok Perempuan Di Bener Meriah Aceh

Diskusi Dengan Kelompok Perempuan Di Tanoh Gayo Bener Meriah.
Mendengar berbagai macam persoalan yang masih rentan terjadi di Kabupaten penghasil kopi tersebut. Kami AWPF terus berkomunikasi dan berkomitmen mendampingi kelompok komunitas perempuan di dataran tinggi Aceh hingga kasus-kasus yang menimpa perempuan benar benar pulih dan turun dari angka yang masih gemetaran saat ini.

 

Mohon doa dukungan semua pihak untuk kai bergerak. Kami terus ada dan takkan pernah tiada.

 

Bener Meriah Aceh.

 


AWPF Dukung Aksi Gerakan Orang Muda di Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh

www.awpf.or.id | Banda Aceh Aceh Women’s For Peace Foundation ikut dalam aksi damai yang diinisiasi oleh gerakan orang muda menggugat seruan aksi damai yang bertempat di depan Mahkamah Syariah kota Banda Aceh pada Rabu 27 September 2023 siang tadi.

Aksi ini merupakan bentuk protes dari kaum muda untuk terwujudnya keadilan yang berpihak kepada korban kekerasan seksual

Aksi kali ini terfokus kepada “cabut penangguhan penahanan bagi pelaku kekerasan seksual dan hukum seberat-beratnya. Hal ini perlu adanya kerjasama semua pihak, dikarenakan saat ini hukum yang berjalan menurut kacamata kita orang lapangan berpihak kepada sepihak dan terkesan tidak memiliki unsur keadilan didalamnya, Ujar Ade Firman, S.Sos

Massa Aksi Membentangkan Karton didepan kantor Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh. (*)

Adapun poin tuntutan yang ingin kita sampaikan kepada pihak mahkamah Syariah untuk dipenuhi dan ditindaklanjuti sebagai berikut:

  1. Mengecam tindakan hakim mahkamah syariah kota banda aceh yang memberikan izin penangguhan penahanan kepada pelaku pencabulan terhadap anak yang dilakukan oleh kakek kandung korban yang bernama SA
  2. Mendesak kepada hakim mahkamah syariah kota banda aceh agar melindungi korban dengan melakukan penahanan terhadap pelaku.
  3. Mendesak hakim mahkamah syariah kota banda aceh agar membatalkan /mencabut izin penangguhan penahanan terhadap pelaku dan pelaku harus diberikan efek jera karena telah mencoreng aceh yang dkenal khalayak luar sebagai daerah syariat islam.

Dengan pernyataan sikap ini, maka kami memohon kepada ketua, sekretaris atau hakim mahkamah syariah kota banda aceh agar bersama dengan kami melindungi dan memberikan rasa keadilan terhadap korban kekerasan seksual, dan izin penangguhan penahanan sesegera mungkin dicabut dan hakim mahkamah syariah dengan ini setuju dengan desakan kami dalam melakukan penahanan terhadap pelaku.


Forum Suara Warga Adakan Temu Diskusi Dengan Para Caleg di Banda Aceh

www.awpf.or.id | Banda Aceh, 26 September 2023, Gerak Aceh bersama dengan AWPF, KPI, AIA dan Balai Inong mengadakan Forum suara warga yang merupakan ruang yang diberikan Gerak Aceh kepada para calon legislatif.

“ini ruang silaturrahmi bukan kampanye partai politik”, kata Askhalani Koordinator Gerak Aceh.

Forum suara rakyat adalah program ketahanan demokrasi dari pusat. ada 5 desa terpilih untuk melakukan kegiatan Forum suara, Salah satunya Gampong Ateuk Pahlawan Banda Aceh.

Dalam kegiatan tersebut hadir Sulaiman SE dari partai Aceh, Tezar Azwar Abu Bakar dari PAN, perwakilan Incumben dan 2 orang caleg perempuan Cut Intan Arifah dari partai golkar, dan Rahmatan dari Partai Aceh, mencalonkan sebagai anggota legislatif di kabupaten/ kota. lalu Nazar Apace calon anggota DPD. Mereka yang hadir adalah caleg laki laki, caleg perempuan dan caleg orang muda.

Dalam pertemuan tersebut para calon menjelaskan visi misi, dan narasi pembagunan yang berkelanjutan. Irma perwakilan dari Aceh Women’s for Peace Foundation ( AWPF) menyoroti tentang daya beli masyarakat yang semakin melemah, persoalan kekerasan seksual yang kian tinggi dan kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Para caleg yang hadir berkomitmen untuk mensejahterakan masyarakat dan meminimalisir kekerasan terhadap perempuan melalui kebijakan yang akan mereka usung dalam parlemen, dengan memilih caleg yang di kenal keluarganya, Track recordnya, keilmuannya dan pendidikannya dan semua berkomitmen untuk menjadikan Aceh menjadi lebih baik dan sejahtera

Kegiatan forum suara warga ini diikuti oleh 50 orang warga masyarakat Ateuk Pahlawan dan  kerjasama Gerak Aceh bersama dengan AWPF dan Gampong Ateuk Pahlawan.(*)